Pages

Sabtu, 08 Oktober 2011

FRITZ WALTER

Bern, 4 Juli 1954. Timnas Jerman sedang dalam perjalanan menuju ke stadion Wankdorf untuk melakoni final Piala Dunia melawan Hungaria, tim terkuat pada saat itu. Di angkasa, langit yang mendung membayangi kota. “Cuacanya Anda, Fritz," bisik pelatih Sepp Herberger kepada kaptennya, Fritz Walter. Sang kapten yang berada di sampingnya, tersenyum dan menjawab dengan percaya diri,  "Saya tidak punya masalah dengannya, Chef."
Beberapa jam kemudian, Walter menjadi orang Jerman pertama yang mengangkat trofi Piala Dunia, mengalahkan sang jagoan Hungaria, meninggalkan maestro Real Madrid, Ferenc Puskas dengan tangis penyesalan. Mengejutkan karena beberapa hari sebelumnya, Hungaria yang sama membantai Jerman 8-3 di babak penyisihan.
Ikon Kaiserslautern
Demikianlah sedikit kisah pembuka legenda Friedrich “Fritz” Walter. Terlahir di Kaiserslautern pada 31 Oktober 1920, ia adalah pemain sepakbola terbesar yang pernah dimiliki kota dan –mungkin juga- negaranya. Lahir di Kaiserslautern setelah Perang Dunia pertama berakhir, dia dibaptis dengan nama Friedrich Walter, namun nama kecinya “Fritz” kemudian lebih mendunia. Walter mulai menendang bola di jalan-jalan sempit kota itu dan bergabung dengan akademi 1.FC Kaiserslautern pada usia delapan tahun.
Klub menyadari bakat  langka yang dimilikinya dan Fritz muda membuat debut untuk tim senior mereka di usia 17 tahun. Permainannya mulai menarik perhatian pelatih Jerman Herberger dan ia memperoleh penampilan pertamanya di timnas pada 14 Juli 1940. Dia mengumumkan kedatangannya di panggung dunia dengan lantang, mencetak hat-trick dalam kemenangan 9-3 atas Rumania.
Namun, seperti halnya dengan banyak pemain muda pada masa itu, karir Walter yang sangat menjanjikan terhenti secara paksa dengan pecahnya Perang Dunia II. Sejak 1942, selama apa yang seharusnya menjadi tahun-tahun terbaiknya, ia malah dikirim untuk mengikuti wajib militer dan ditugaskan ke Eropa Timur di mana ia ditawan oleh Uni Soviet. Namun tidak seperti banyak orang lain, Walter cukup beruntung untuk kembali ke rumah dan sepak bola di 1945.
Seperti sebagian besar prajurit lainnya, ia menderita malaria sebagai akibat perang. Ini membuat Walter kesulitan berdiri di bawah sinar matahari, sehingga permainannya justru menjadi lebih baik ketika cuaca mendung atau hujan. Akibatnya muncul satu konsep umum bahwa, “semakin buruk cuacanya, semakin bagus Walter bermain”. Kesimpulan ini seakan menemukan pembenaran ketika Walter membawa Jerman Barat mengalahkan Hungaria di final 1954 dalam keadaan hujan. Di Jerman, istilah Fritz-Walter weather (cuaca Fritz-Walter) masih digunakan untuk menyebut keadaan ketika kondisi hujan.
Piala Dunia 1954
Setelah kembali ke Jerman ia bersama adiknya Ottmar membawa Kaiserslautern menjuarai liga pada 1951 dan 1953. Herberger lalu mengangkatnya menjadi kapten timnas untuk pertandingan melawan Swiss pada April 1951. Sejumlah prestasi ini mengantarkan dirinya dan Jerman Barat ke Piala Dunia 1954 yang digelar di negara tetangga, Swiss.
Unggulan utama pada saat itu adalah Hungaria, yang menjadi juara Olimpiade pada 1952 & menjuarai turnamen antar tim Eropa di tahun 1953. Dengan para pemain hebat seperti Puskas dan Sandor Kocsis di timnya, mereka menampilkan permainan menyerang, dan tidak terkalahkan selama 4 tahun (1950-1954) dalam 33 laga. Saking dahsyatnya, tim ini sampai dijuluki sebagai "Magic Magyars”.
Jerman Barat mengawali turnamen dengan kemenangan atas Turki, tapi keajaiban Hongaria rupanya benar-benar tak tertahankan ketika sang unggulan utama membantai Der Panzer dengan skor 8-3 di laga kedua. Jerman Barat lalu bangkit pada pertandingan terakhir grup untuk mendapatkan tempat di putaran berikutnya. Walter bersinar dalam kemenangan 7-2 atas Turki, dan sekali lagi ketika Jerman Barat mengalahkan Yugoslavia 2-0. Sang Kapten lalu sukses mengeksekusi dua penalti dalam kemenangan semifinal 6-1 atas Austria untuk memastikan pertandingan ulang dengan Hungaria di Stadion Wankdorf Bern.
Di sinilah keajaiban tercipta. Dalam pertandingan yang diguyur hujan, Jerman Barat yang sama sekali tak diunggulkan berhasil bangkit dari ketertinggalan dua gol di awal laga. Umpan pojok Walter diselesaikan dengan baik oleh Helmut Rahn untuk menjadikan skor imbang di menit ke-20. Rahn kemudian mencetak gol kemenangan di penghujung pertandingan untuk memastikan Jerman Barat menjadi juara. Walter dan adiknya mencatat sejarah sebagai dua bersaudara pertama yang menjadi juara dunia.
Setelah 1954
Walter lalu mengapteni Jerman Barat di Piala Dunia 1958 di Swedia saat mereka mencapai semifinal sebelum dikalahkan tuan rumah 3-1 di Gothenburg. Sang kapten pensiun dari sepakbola pada tahun berikutnya, namun pelatih Herberger berusaha keras membujuk Walter untuk bergabung dengan timnas Jerman Barat untuk Piala Dunia Chili pada tahun 1962 walaupun Walter menolaknya. Secara keseluruhan, ia tampil 379 kali untuk Kaiserslautern, mencetak total 306 gol. Prestasi internasionalnya juga tak kalah impresif dengan 33 gol dalam 61 pertandingan untuk Jerman.
Walter dikenal sebagai pemain berbakat, seorang seniman sepakbola dengan teknik tinggi.  Ia bisa bermain sebagai striker dan gelandang serang sama baiknya. Walter juga merupakan sosok yang sangat dicintai di Jerman, sebagian besar berkat kepribadian dan kerendahan hatinya. Dia juga terkenal setia pada klub kota kelahirannya dan tidak pernah tergiur dengan berbagai tawaran yang menggiurkan dari klub yang lebih besar seperti FC Nancy Prancis dan Atletico Madrid.
Walter dianughrahi penghargaan German Grand Cross of the Order of Merit pada 1970 dan penghargaan serupa dari FIFA pada 1995. Pada tahun 1985, bertepatan dengan ulang tahun Walter yang ke-65, Stadion Betzenberg di Kaiserslautern dinamai dengan namanya. Pengakuan juga datang dari publik nasional ketika pada 1999, hasil poling memasukkan nama Walter dalam skuad all star Jerman abad ke-20.
Pada November 2003, dalam perayaan ulang tahun UEFA yang ke-50, ia dipilih oleh DFB sebagai pemain terbaik Jerman dalam 50 tahun terakhir. Walter meninggal dalam usia 81 tahun pada musim panas 2002.
Fritz Walter layak disebut El Champion karena:
Memimpin Jerman menjadi Juara Dunia 1954. Ia juga membawa Kaiserslautern meraih gelar juara liga Jerman pada 1951 dan 1953.